Sunday, November 24, 2019

Susur Pantai C.Fish 2019


       Susur Pantai
                      Susur pantai merupakan kegiatan yang bertujuan untuk melihat, melakukan monitoring dan turun langsung untuk menjaga lingkungan pesisir dari pencemaran. Kegiatan ini berisi bersih-bersih pesisir dan diskusi mengenai kondisi pesisir. Kegiatan ini juga bertujuan mengenalkan potensi-potensi ekosistem seperti terumbu karang, mangrove dan lamun yang terdapat di pesisir pantai Kampung Perau,Jepara. Sasaran kegiatan ini yaitu mahasiswa baru Departemen Sumberdaya Akuatik 2019. Kegiatan Susur pantai sendiri telah terlaksana pada tanggal 16,17 November 2019 dengan Noviansyah Hanifah S.T. sebagai Ketua pelaksana.Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa  yang ingin mengenal dan melihat secara langsung bagaimana kekayaan alam pesisir serta masalah dan solusi tepat mengenai pesisir,Selain itu pada kegiatan ini pula terdapat kegiatan marine debris yang mana kegiatan tersebut sebagai pengklasifikasian sampah laut apa yang banyak di jumpai di pantai Kampung Prau. Dengan data sebagai berikut ; 
         


B     Berdasarkan pengklasifikasian Marine Debris ,sampah yang paling mendominasi pada pantai Kampung Prau adalah Plastik dan turunan nya (botol plastik,sedotan,plastic kresek ,dll) lalu di ikuti oleh Kayu dan turunannya (bungkus rokok,korek api,putung rokok,dll) lalu ketiga ada Kaca dan turunannya (botol kaca,lampu,pecahan kaca,dll) dan terakhir ada Pakaian (diapers,kain,dll) dari data tersebut benar menunjukan bahwa isu mikroplastik benar adanya.Menurut Victoria (2017) Sampah plastik yang dibuang ke lingkungan pada akhirnya akan masuk ke wilayah perairan, terutama laut.Plastik merupakan komponen utama dari sampah yang terdapat di laut. Jumlahnya hampir mencapai 95% dari total sampah yang terakumulasi di sepanjang garis pantai, maka mulai dari sekarang mari kita gunakan produk ramah lingkungan dan tetap menjaga ekosistem .”jaga laut mari beraksi”

         



Daftar Pustaka
Victoria, A. V. (2017). Kontaminasi Mikroplastik di Perairan Tawar. Bandung. Teknik Kimia, Institut Teknologi Bandung.

Thursday, November 14, 2019

MONITORING MANGROVE TAMBAK REJO, SEMARANG 2019




MONITORING MANGROVE TAMBAK REJO, SEMARANG 2019

Desa Tambak Rejo Kelurahan Tanjung Emas Semarang Utara merupakan daerah kumuh yang berada di pesisir pantai. Desa ini kurang lebih 5 KM. berada dari pusat kota semarang yang menjadi Ibu Kota Jawa Tenggah. Ada sekitar 108 kepala keluarga yang tinggal didaerah sana. wilayah tersebut merupakan daerah rawan banjir air rob (air laut pasang). Pada saat air laut sedang pasang, wilayah pemukiman warga akan tergenangi air laut hingga lutut orang dewasa. Sebab wilayah tersebut secara geografis letaknya langsung berada dibibir pantai yang kini telah mengalami abrasi beberapa meter. 

Dalam kondisi yang serba kurang, Desa Tambak Rejo punya potensi yang cukup menjanjikan yaitu tumbuhan mangrove. Wilayah Tambak Rejo yang hampir 50 % adalah rawa sangat mudah untuk ditumbuhi pohon mangrove dan hingga sekarang wilayah Tambak Rejo hijau dengan pohon mangrove yang mengeliling rumah mereka. Namun selama ini potensi itu belum dikelola secara optimal. Hal ini dikarenakan lemahnya SDM dan permodalan masyarakat Tambak Rejo. Selain alasan tersebut, masyarakat kami nilai kurang begitu peduli terhadap lingkungannya sendiri dan hanya berfikir pragmatis. Warga tidak memiliki pekerjaan yang menetap, sebagian besar mereka bekerja serabutan, nelayan bagi mereka yang memiliki perahu, pencari kepiting, dan yang lainya.

Penanaman mangrove diimbangi dengan monitoring yang sangat menunjang akan pertumbuhan mangrove yang sangat bermanfaat bagi lingkungan sekitar tambak rejo yang telah terkena erosi abrasi dan ROB. Kegiatan C.Fish ini sangat mendukung akan keberlanjutan ekosistem mangrove di tambak rejo yang harus dilakukan secara terus menerus. 

#mangrove
#savemangrovetambakrejo 
#tambakrejo
#erosi
#abrasi
#savemangrove
#semangatuntukmaju
#akucintaundip


PERTAMINA HITAMKAN KARANG !



PERTAMINA HITAMKAN KARANG !

Kepekaan lingkungan pesisir perairan dinyatakan dalam suatu Indek Kepekaan Lingkungan (IKL). Semakin tinggi nilai IKL maka semakin tinggi tingkat kepekaan lingkungan secara ekologis, ekonomis, sosial, dan kesulitan dalam upaya penangulangan tumpahan minyak di daerah terdampak. IKL dibagi 5 kelas yaitu tidak peka (1), kurang peka (2), cukup peka (3), peka (4), sangat peka (5). Studi IKL terdahulu (CNOOC 2015) pada daerah studi digunakan sebagai input dalam penelitian ini. Dalam penelitian kajian risiko tumpahan minyak digunakan 7 ekosistem dan sumberdaya terdampak yaitu: tipe pantai, mangrove, terumbu karang, perikanan tangkap dan budidaya laut, wisata dan pelabuhan. Analisa spasial di area studi dibagi menjadi 16 divisi meliputi pesisir timur Lampung dari Kuala Tulang Bawang sampai Bakauheni, pesisir utara Jawa bagian barat dari Banten sampai Tanjung Sedari Karawang dan Kepulauan Seribu.

Pola sebaran tumpahan minyak (trajektori) dihasilkan dari pemodelan tumpahan minyak menggunakan perangkat lunak Mike Zero. Input pemodelan berupa data jenis dan karakteristik minyak mentah, volume dan laju tumpahan, lokasi sumber tumpahan, data angin, hidrodinamika perairan. Hasil pemodelan dari semua sumber tumpahan (Gambar 4) menunjukan 8 bulan (Januari, Februari, Maret, April, Mei, Juni, Juli, September) berpotensi berdampak kepada ketiga pesisir (Kepulauan Seribu, pesisir utara Jawa (Banten hingga Karawang), dan Pesisir timur Lampung). Empat bulan lainnya menunjukan hasil pemodelan melewati batas wilayah studi. Hasil pemodelan trajektori sumber tumpahan Cinta menunjukan dominan berdampak ke pesisir utara Jawa (Banten hingga Karawang) dan Kepulauan Seribu untuk periode Januari - April (musim barat). Tumpahan minyak berdampak terhadap pesisir Kepulauan Seribu kurang dari 1.5 hari dan 2.5 – 5 hari untuk pesisir utara Jawa (Banten hingga Karawang) sejak waktu tumpahan terjadi. Pada musim timur (Mei sampai Juli) tumpahan minyak berdampak di pesisir timur Lampung dengan waktu berkisar 1 – 10 hari. 

Sebulan setelah kebocoran minyak dan gas di sumur YYA-1 Blok Offshore North West Java (ONWJ) di lepas pantai Karawang, Jawa Barat, PT Pertamina menyebut belum bisa memastikan penyebabnya. Kendati demikian saat ini, pihaknya sedang menampung data kerugian masyarakat yang terkena dampak, kata VP Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman

#tumpahanminyak
#pertamina
#saveperairanindonesia
#savekarawang
#prayforkarawang
#akucintaundip

RUSAKNYA TERUMBU KARANG DI KARIMUN JAWA AKIBAT TONGKANG BATU BARA



RUSAKNYA TERUMBU KARANG DI KARIMUN JAWA AKIBAT TONGKANG BATU BARA

Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem utama pesisir dan laut yang dibangun terutama oleh biota laut penghasil kapur khususnya jenis-jenis karang batu dan algae berkapur. Ekosistem ini memiliki nilai ekologis yang tinggi sebagai habitat bagi berbagai biota laut. Sebagai salah satu wilayah di Indonesia yang terkenal akan kecantikan bawah lautnya, Karimunjawa memiliki ekosistem terumbu karang yang cukup luas dan juga menjadi ekosistem utama di Taman Nasional tersebut.
Taman Nasional Karimunjawa mempunyai total luas kawasan sebesar 111.625 hektar dengan wilayah perairan mendominasi seluas 110.117 hektar. Citra satelit menunjukkan bahwa luasan ekosistem terumbu karang di Taman Nasional Karimunjawa mencapai 713,11 hektar1. Sampai dengan tahun 2009, tutupan karang keras di kawasan Taman Nasional Karimunjawa mencapai 54,64 %.2 Karimunjawa juga memiliki tutupan karang yang tergolong rapat dibandingkan dengan wilayah lainnya di Indonesia.
Di sisi lain, kelestarian terumbu karang di Taman Nasional Karimunjawa saat ini semakin terancam dengan aktivitas manusia di sekitarnya, diantaranya adalah aktivitas transportasi kapal tongkang batubara. Setidaknya pada bulan Januari dan Februari tahun 2017, telah terjadi kerusakan cukup besar pada terumbu karang di Karimunjawa akibat dari terdamparnya lima kapal tongkang pengangkut batubara.3 Aktivitas tongkang-tongkang pembawa batubara tersebut di Karimunjawa terus terjadi hingga saat ini dengan jumlah yang cukup banyak tiap harinya. Kerusakan terumbu karang yang terjadi ini tentunya menjadi hal yang merugikan bagi ekosistem laut Karimunjawa dikarenakan hilangnya fungsi terumbu karang sebagai habitat biota laut. Dengan demikian, kerusakan terumbu karang tersebut tentunya akan mengganggu keberlangsungan hidup biota laut dan mengurangi keanekaragaman laut Karimunjawa.
#perairanindonesia
#savekarimunjawa
#saveperairanindonesia
#akucintaundip

MIKROPLASTIK




MIKROPLASTIK 

Sampah laut (marine debris) adalah benda padat diproduksi atau diproses secara langsung atau tidak langsung, sengaja atau tidak sengaja, dibuang atau ditinggalkan di dalam lingkungan laut oleh manusia (NOAA, 2013). Menurut Hastuti (2014), beberapa jenis sampah laut yang dapat ditemukan di antaranya plastik, kain, busa, gabus, kaca, keramik, logam, kertas, karet, dan kayu. Tipe plastik merupakan jenis sampah laut dominan di antara tipe sampah laut (CBD-STAP, 2012). Menurut Galgani (2015) dalam Victoria (2017), 95% dari total sampah yang terakumulasi di sepanjang garis pantai, permukaan dan dasar laut adalah jenis sampah plastik. Salah satu limbah plastik yang dapat mempengaruhi siklus makanan di wilayah pesisir dan laut adalah mikroplastik. Mikroplastik merupakan partikel plastik yang diameternya berukuran kurang dari 5 mm. Secara proses kimiawi, potensi dampak sampah laut akan cenderung meningkat seiring menurunnya ukuran partikel plastik (mikroplastik) (UNEP, 2011). Mikroplastik memiliki potensi menyebabkan terganggunya rantai makanan apabila menumpuk di wilayah perairan. Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa mikroplastik dapat dikonsumsi oleh organisme laut ketika mikroplastik memiliki bentuk menyerupai makanan (Boerger et al., 2010; Browne et al., 2008; Lusher et al., 2012; Van Cauwenberghe et al., 2013).

Dampak kontaminasi sampah plastik pada kehidupandi laut dipengaruhi oleh ukuran sampah tersebut. Sampahplastik yang berukuran besar, seperti benang pancing dan jaring, seringkali menyebabkan hewan-hewan terbelit.Sampah plastik yang lebih kecil, seperti tutup botol, korekapi, dan pelet plastik, dapat tertelan oleh organisme perairan dan menyebabkan penyumbatan usus sertapotensi keracunan bahan kimia. Sementara itu,mikroplastik dapat dicerna bahkan oleh organisme terkecildi habitat tersebut dan menimbulkan masalah yang lebihserius yang belum dapat diketahui secara pasti (TankoviĆ¼, M.S. et all. 2015). 

Buruknya dampak yang ditimbulkan akibat kontaminasi sampah plastik di wilayah perairan mulaidisadari oleh manusia. Beragam upaya penelitiandilakukan untuk memastikan sejauh mana kontaminasi telah terjadi dan bagaimana dampak yang ditimbulkannya. Namun, hingga saat ini baru ada sedikit penelitian yangdifokuskan pada kontaminasi mikroplastik di wilayahperairan sehingga belum ada cukup data komprehensifyang dapat dijadikan acuan yang akurat untuk penangananmasalah ini. Berdasarkan hal tersebut, maka dipandang perlu untuk dilakukan analisis kontaminasi mikroplastik pada karang dan biota laut. 

#mikroplastik
#perairanindonesia
#savelautindonesia
#savelautkita
#akucintaundip

MONITORING LINGKUNGAN PANTAI TIRANG SEMARANG 2022

  Pantai Tirang   merupakan salah satu pantai di Semarang, tepatnya di Desa Tambakrejo, Tugurejo, Tugu, Kota Semarang.  Pantai Tirang sendir...