Penginderaan
jauh didefinisikan sebagai proses perolehan informasi tentang suatu
obyek tanpa adanya kontak fisik secara langsung dengan obyek tersebut
(Rees, 2001; Elachi, 2006). Informasi diperoleh dengan cara deteksi dan
pengukuran berbagai perubahan yang terdapat pada lahan dimana obyek
berada. Proses tersebut dilakukan dengan cara perabaan atau perekaman
energi yang dipantulkan atau dipancarkan, memproses, menganalisa dan
menerapkan informasi tersebut. Informasi secara potensial tertangkap
pada suatu ketinggian melalui energi yang terbangun dari permukaan bumi,
yang secara detil didapatkan dari variasi-variasi spasial, spektral dan
temporal lahan tersebut (Landgrebe, 2003).
Variasi
spasial, spektral dan temporal memberikan tambahan informasi yang
saling melengkapi. Sebaran bentukan garis lurus yang membentuk
jalur-jalur memberikan informasi terdapatnya suatu aktifitas dilokasi
tersebut. Bentukan-bentukan teratur yang menyerupai rumah menambah
informasi bahwa lokasi tersebut juga menjadi tempat tinggal. Dua
informasi tersebut berasal dari adanya variasi spasial obyek pada citra.
Warna merah kecoklatan memperjelas pembedaan kumpulan obyek rumah
dengan lokasi lahan bertutupan vegetasi yang berwarna hijau. Tambahan
informasi ini berasal dari adanya variasi spektral yang dapat secara
detil menambah akurasi identifikasi obyek. Perubahan jumlah obyek pada
satu lokasi yang terdapat pada dua atau lebih citra akan memberikan
informasi tentang pertumbuhan fenomena di lokasi tersebut. Informasi
pada suatu lokasi yang sama dari dua citra yang berbeda waktu
perekamannya memberikan informasi multi temporal. Informasi multi
temporal ini sangat bermanfaat dalam menganalisis perubahan fenomena
yang terjadi pada rentang waktu tertentu di lokasi tersebut.
Perjalanan energi dalam sistem penginderaan jauh dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 1.1. Sistem Perolehan Data Penginderaan Jauh
Keterangan gambar :
A : Matahari sebagai sumber energi
B : Gelombang elektromagnetik berjalan menuju obyek
C : Berbagai obyek dimuka bumi dengan berbagai karakter
D : Gelombang elektromagnetik dipantulkan obyek
E : Energi pantulan ditangkap sensor penginderaan jauh
F : Data rekaman energi pantulan dikirim ke stasiun bumi
G : Data rekaman energi pantulan diolah menjadi citra
H : Citra siap digunakan untuk berbagai aplikasi
Perjalanan
energi tersebut membawa informasi dari muka bumi pada data citra yang
siap digunakan untuk berbagai keperluan. Secara singkat beberapa
subsistem penting dalam penginderaan jauh dapat disebutkan sebagai
berikut :
1. Sumber energi yang merupakan hal utama yang diperlukan dalam penginderaan jauh sebagai penyedia enegi yang dipancarkan.
2. Radiasi dan atmosfer, Sebagai perjalanan energi dari sumber ke target.
3. Interaksi energi dengan Target
4. Perekaman energi oleh sensor
5. Transmisi energi dari sumber ke sensor
6. Interpretasi dan analisis data hasil perekaman
7. Aplikasi
Satelit
penginderaan jauh sumber daya yang banyak dimanfaatkan selama ini
merupakan satelit yang menggunakan sistem optis. Penginderaan jauh
sistem optis ini memanfaatkan spektrum tampak hingga infra merah (Liang,
2004). Rentang gelombang elektromagnetik yang lebih luas dalam
penginderaan jauh meliputi gelombang pendek mikro hingga spektrum yang
lebih pendek seperti gelombang infra merah, gelombang tampak, dan
gelombang ultra violet (Elachi, 2006).
Penginderaan
jauh berkembang dalam bentuk pemrotretan muka bumi melalui wahana
pesawat terbang yang menghasilkan foto udara dan bentuk penginderaan
jauh berteknologi satelit yang mendasarkan pada konsep gelombang
elektromagnetis. Dalam perkembangannya saat ini, dengan adanya teknologi
satelit berresolusi tinggi, pengenalan sifat fisik dan bentuk obyek
dipermukaan bumi secara individual juga dapat dilakukan (Lang,2008).
Pada
dasarnya teknologi pemotretan udara dan penginderaan jauh berteknologi
satelit adalah suatu teknologi yang merekam interaksi berkas cahaya yang
berasal dari sinar matahari dan obyek di permukaan bumi. Pantulan sinar
matahari dari obyek di permukaan bumi ditangkap oleh kamera atau
sensor. Tiap benda atau obyek memberikan nilai pantulan yang berbeda
sesuai dengan sifatnya. Pada pemotretan udara rekaman dilakukan dengan
media seluloid (film), sedangkan penginderaan jauh melalui media pita
magnetik dalam bentuk sinyal-sinyal digital. Dalam perkembangannya
potret udara juga seringkali dilakukan dalam bentuk digital.
Data
penginderaan jauh adalah berupa citra. Citra penginderaan jauh memiliki
beberapa bentuk yaitu foto udara ataupun citra satelit. Data
penginderaan jauh tersebut adalah hasil rekaman obyek muka bumi oleh
sensor. Data penginderaan jauh ini dapat memberikan banyak informasi
setelah dilakukan proses interpretasi terhadap data tersebut.
Interpretasi
citra merupakan serangkaian kegiatan identifikasi, pengukuran dan
penterjemahan data-data pada sebuah atau serangkaian data penginderaan
jauh untuk memperoleh informasi yang bermakna. Sebuah data penginderaan
jauh dapat diturunkan banyak informasi dari serangkaian proses
interpretasi citra ini. Dalam proses interpretasi, obyek diidentifikasikan berdasarkan pada karakteristik berikut :
- Target dapat berupa fitur titik, garis, ataupun area.
- Target harus dapat dibedakan dengan obyek lainnya.
Kemampuan
teknologi penginderaan jauh dalam perolehan informasi yang luas tanpa
persinggungan langsung dengan obyeknya banyak dimanfaatkan dalam
berbagai hal yang bersifat spasial. Hingga saat ini penginderaan jauh
telah diaplikasikan untuk keperluan pengelolaan lingkungan, ekologi,
degradasi lahan, bencana alam, hingga perubahan iklim (Horning, 2010;
Roder, 2009; Bukata, 2005; Adosi, 2007).
Daftar Pustaka
Adosi, J.J., 2007,Seasonal Variation of Carbon Dioxide, Rainfall, NDVI, and it’s Association to Land Degradation,Climate and Land Degradation, Springer, Heidelberg.
Bukata, R.P., 2005, Satellite Monitoring Of Inland And Coastal Water Quality, Taylor & Francis Group, London.
Elachi,C, Jakob van Zyl. 2006. Introduction to the Physics and Techniques of Remote Sensing, John Wiley & Sons, New Jersey.
Horning, N., Robinson, J.A., Sterling, E.J., Turner, W., Spector, S., 2010. Remote Sensing for Ecology and Conservation. Oxford University Press, New York.
Landgrebe, D.A., 2003. Signal Theory Methods In Multispectral Remote Sensing. John Willey & Sons Inc.. New Jersey.
Liang, S. 2004. Quantitative Remote Sensing of Land Surface. John Willey & Sons Inc.. New Jersey.
Rees. 2001. Physical Principles of Remote Sensing, Second Edition, Cambidge University Press. Cambridge.
Roder, A., Hill, J., 2009, Recent Advance in Remote Sensing and Geoinformation Processing for Land Degradation Assessment, Taylor & Francis Group, London.
No comments:
Post a Comment