APA ITU HUTAN MANGROVE ?
Menurut Snedaker (1978), hutan mangrove adalah kelompok
jenis tumbuhan yang tumbuh di sepanjang garis pantai tropis sampai
sub-tropis yang memiliki fungsi istimewa di suatu lingkungan yang
mengandung garam dan bentuk lahan berupa pantai dengan reaksi
tanah anaerob. Secara ringkas hutan mangrove dapat didefinisikan
sebagai suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut
(terutama di pantai yang terlindung, laguna, muara sungai) yang
tergenang pasang dan bebas dari genangan pada saat surut yang
komunitas tumbuhannya bertoleransi terhadap garam. Sedangkan
ekosistem mangrove merupakan suatu sistem yang terdiri atas
organisme (tumbuhan dan hewan) yang berinteraksi dengan faktor
lingkungannya di dalam suatu habitat mangrove.
Hutan mangrove di Indonesia, yang terbagi kedalam 2 (dua)
zone wilayah geografi mangrove yakni Asia dan Oseania, kedua
zona tersebut memiliki keanekaragaman tumbuhan , satwa dan jasad
renik yang lebih besar dibanding negara-negara lainnya. Hal ini
terjadi karena keadaan alamnya yang berbeda dari satu pulau ke
pulau lainnya, bahkan dari satu tempat ketempat lainnya dalam
pulau yang sama. Sistem perpaduan antara sumberdaya hutan
mangrove dan tempat hidupnya yang khas itu, menumbuhkan
berbagai ekosistem yang masing-masing menampilkan kekhususan
dalam kehidupan jenis-jenis yang terdapat didalamnya.
LUAS DAN LETAK
Meskipun secara umum lokasi mangrove diketahui, namun
terdapat variasi yang nyata dari luas total ekosistem mangrove
Indonesia, yakni berkisar antara 2,5 juta – 4,25 juta ha. Perbedaan jumlah
luasan ini lebih banyak disebabkan oleh perbedaan metodologi
pengukuran luas hutan mangrove yang dilakukan oleh berbagai pihak.
Walaupun demikian diakui oleh dunia bahwa Indonesia mempunyai
luas ekosistem mangrove terluas di dunia (21% luas mangrove dunia).
Untuk lebih jelasnya, luas dan penyebaran, status kawasan, dan laju
perubahan luasan hutan mangrove (dari tahun 1982 - 1999) di Indonesia
dapat dilihat pada Tabel 1.
Beberapa faktor yang menjadi penyebab berkurangnya
ekosistem mangrove antara lain :
a. Konversi hutan mangrove menjadi bentuk lahan penggunaan lain,
seperti permukiman, pertanian, tambak, industri, pertambangan, dll.
b. Kegiatan eksploitasi hutan yang tidak terkendali oleh perusahaanperusahaan
HPH serta penebangan liar dan bentuk perambahan
hutan lainnya.
c. Polusi di perairan estuaria, pantai, dan lokasi-lokasi perairan lainnya
dimana tumbuh mangrove.
d. Terjadinya pembelokan aliran sungai maupun proses sedimentasi
dan abrasi yang tidak terkendali.
Walaupun alasan yang akurat mengenai adanya penambahan
hutan mangrove di beberapa propinsi (Tabel 1.) belum diketahui dan
dilaporkan secara pasti, namun ada beberapa faktor yang
memungkinkan bertambahnya areal hutan mangrove dibeberapa
propinsi tersebut, yaitu:
a. Adanya reboisasi dan atau penghijauan.
b. Adanya perluasan lahan hutan mangrove secara alami yang
berkaitan dengan adanya proses sedimentasi dan atau penaikan
permukaan air laut.
c. Presisi metoda penafsiran luas hutan yang lebih baik dari metoda
yang digunakan sebelumnya.
jenis tumbuhan yang tumbuh di sepanjang garis pantai tropis sampai
sub-tropis yang memiliki fungsi istimewa di suatu lingkungan yang
mengandung garam dan bentuk lahan berupa pantai dengan reaksi
tanah anaerob. Secara ringkas hutan mangrove dapat didefinisikan
sebagai suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut
(terutama di pantai yang terlindung, laguna, muara sungai) yang
tergenang pasang dan bebas dari genangan pada saat surut yang
komunitas tumbuhannya bertoleransi terhadap garam. Sedangkan
ekosistem mangrove merupakan suatu sistem yang terdiri atas
organisme (tumbuhan dan hewan) yang berinteraksi dengan faktor
lingkungannya di dalam suatu habitat mangrove.
Hutan mangrove di Indonesia, yang terbagi kedalam 2 (dua)
zone wilayah geografi mangrove yakni Asia dan Oseania, kedua
zona tersebut memiliki keanekaragaman tumbuhan , satwa dan jasad
renik yang lebih besar dibanding negara-negara lainnya. Hal ini
terjadi karena keadaan alamnya yang berbeda dari satu pulau ke
pulau lainnya, bahkan dari satu tempat ketempat lainnya dalam
pulau yang sama. Sistem perpaduan antara sumberdaya hutan
mangrove dan tempat hidupnya yang khas itu, menumbuhkan
berbagai ekosistem yang masing-masing menampilkan kekhususan
dalam kehidupan jenis-jenis yang terdapat didalamnya.
LUAS DAN LETAK
Meskipun secara umum lokasi mangrove diketahui, namun
terdapat variasi yang nyata dari luas total ekosistem mangrove
Indonesia, yakni berkisar antara 2,5 juta – 4,25 juta ha. Perbedaan jumlah
luasan ini lebih banyak disebabkan oleh perbedaan metodologi
pengukuran luas hutan mangrove yang dilakukan oleh berbagai pihak.
Walaupun demikian diakui oleh dunia bahwa Indonesia mempunyai
luas ekosistem mangrove terluas di dunia (21% luas mangrove dunia).
Untuk lebih jelasnya, luas dan penyebaran, status kawasan, dan laju
perubahan luasan hutan mangrove (dari tahun 1982 - 1999) di Indonesia
dapat dilihat pada Tabel 1.
Beberapa faktor yang menjadi penyebab berkurangnya
ekosistem mangrove antara lain :
a. Konversi hutan mangrove menjadi bentuk lahan penggunaan lain,
seperti permukiman, pertanian, tambak, industri, pertambangan, dll.
b. Kegiatan eksploitasi hutan yang tidak terkendali oleh perusahaanperusahaan
HPH serta penebangan liar dan bentuk perambahan
hutan lainnya.
c. Polusi di perairan estuaria, pantai, dan lokasi-lokasi perairan lainnya
dimana tumbuh mangrove.
d. Terjadinya pembelokan aliran sungai maupun proses sedimentasi
dan abrasi yang tidak terkendali.
Walaupun alasan yang akurat mengenai adanya penambahan
hutan mangrove di beberapa propinsi (Tabel 1.) belum diketahui dan
dilaporkan secara pasti, namun ada beberapa faktor yang
memungkinkan bertambahnya areal hutan mangrove dibeberapa
propinsi tersebut, yaitu:
a. Adanya reboisasi dan atau penghijauan.
b. Adanya perluasan lahan hutan mangrove secara alami yang
berkaitan dengan adanya proses sedimentasi dan atau penaikan
permukaan air laut.
c. Presisi metoda penafsiran luas hutan yang lebih baik dari metoda
yang digunakan sebelumnya.
MANFAAT HUTAN MANGROVE
Secara garis besar manfaat hutan mangrove dapat dibagi
dalam dua bagian :
1) Fungsi ekonomis, yang terdiri atas :
a. Hasil berupa kayu (kayu konstruksi, kayu bakar, arang,
serpihan kayu untuk bubur kayu, tiang/pancang)
b. Hasil bukan kayu
Hasil hutan ikutan (non kayu)
Lahan (Ecotourisme dan lahan budidaya)
2) Fungsi ekologi, yang terdiri atas berbagai fungsi perlindungan
lingkungan ekosistem daratan dan lautan maupun habitat
berbagai jenis fauna, diantaranya:
a. Sebagai proteksi dan abrasi/erosi, gelombang atau angin
kencang.
b. Pengendalian instrusi air laut
c. Habitat berbagai jenis fauna
d. Sebagai tempat mencari, memijah dan berkembang biak
berbagai jenis ikan dan udang
e. Pembangunan lahan melalui proses sedimentasi
f. Pengontrol penyakit malaria
g. Memelihara kualitas air (mereduksi polutan, pencemar air)
Hasil hutan mangrove non kayu ini sampai dengan sekarang
belum banyak dikembangkan di Indonesia. Padahal apabila dikaji
dengan baik, potensi sumberdaya hutan mangrove non kayu di
Indonesia sangat besar dan dapat medukung pengelolaan hutan
mangrove secara berkelanjutan. Salah satunya adalah sumberdaya
mangrove sebagai salah satu makanan alternatif.
Secara garis besar manfaat hutan mangrove dapat dibagi
dalam dua bagian :
1) Fungsi ekonomis, yang terdiri atas :
a. Hasil berupa kayu (kayu konstruksi, kayu bakar, arang,
serpihan kayu untuk bubur kayu, tiang/pancang)
b. Hasil bukan kayu
Hasil hutan ikutan (non kayu)
Lahan (Ecotourisme dan lahan budidaya)
2) Fungsi ekologi, yang terdiri atas berbagai fungsi perlindungan
lingkungan ekosistem daratan dan lautan maupun habitat
berbagai jenis fauna, diantaranya:
a. Sebagai proteksi dan abrasi/erosi, gelombang atau angin
kencang.
b. Pengendalian instrusi air laut
c. Habitat berbagai jenis fauna
d. Sebagai tempat mencari, memijah dan berkembang biak
berbagai jenis ikan dan udang
e. Pembangunan lahan melalui proses sedimentasi
f. Pengontrol penyakit malaria
g. Memelihara kualitas air (mereduksi polutan, pencemar air)
Hasil hutan mangrove non kayu ini sampai dengan sekarang
belum banyak dikembangkan di Indonesia. Padahal apabila dikaji
dengan baik, potensi sumberdaya hutan mangrove non kayu di
Indonesia sangat besar dan dapat medukung pengelolaan hutan
mangrove secara berkelanjutan. Salah satunya adalah sumberdaya
mangrove sebagai salah satu makanan alternatif.
No comments:
Post a Comment